Lontara’ Paseng Inspirasi Menuai Kebaikan






Oleh: Dr Agus Muchsin, M.Ag  (Wakil Dekan Bidang AUPK Fakultas Syariah IAIN Parepare)





Pakkawarui madecenge





Sappai
madecenge





Pugaui
madecenge





Deceng
tu polena





Lontara’ Paseng merupakan tulisan yang tertuang dalam lontara’ yang berisi pesan pesan bijak dari pendahulu orang bugis. Penulis tertarik dengan kalimat di atas yang  diunggah melalui fb hari senin tanggal 3 Februari 2020. Sumber:https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=115663583256507&id=101740281315504





Pesan
bijak ditanamkan oleh pendahulu
bugis tersebut sebaiknya menjadi pegangan saat beraktifitas, terutama dalam
membangun kinerja. Pesan tersebut bukan hanya meliputi perbuatan semata tapi
tidak berbatas. Kebaikan tidak cukup untuk dilaksanakan tapi menjadi sebuah
ideologi dari nilai nilai etis, dicari, dilakukan
karena akan menghasilkan kebaikan. Rentetan kalimat lontara
tersebut relevan dengan paradigma filosofis.





Corak
ini sebenarnya juga dilakukan oleh Rasulullah saw saat menyampaikan kebenaran,
paradigma dibangun melalui rentetan kalimat seperti dalam Hadis riwayat Bukhari
dan Muslim





عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ،
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ،
ومَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ ويَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ
صِدِّيقًا  . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.





Artinya:





Hendaklah kalian
melakukan kebenaran/kejujuran karena kejujuran akan menggiring pada kebaikan
dan kebaikan akan menggiring pada syurga. Tidaklah seseorang berlaku jujur dan
membiasakan kejujuran hingga ia tercatat sebagai orang yang jujur (HR. Bukhari
Muslim)





Dua
paradigma di atas secara filosofis
dikaji dalam ilmu manthiq dengan
memperhatikan  tiga unsur: mawdhu', mahmul dan rabithah
(hubungan antara mawdhu' dan mahmul). Berdasarkan masing-masing unsur
maka tersusunlah satu kalimat natijah,
sebut saja sebagai simpulan.





Deceng tu Polena
adalah deskripsi bahwa pelaku kebaikan akan menuai kebaikan, jika ideologi
kebaikan ditanamkan, niat dan pikiran
hingga perbuatannya mencerminkan kebaikan. Kebaikan
ini diperkenalkan dalam Alqur'an dalam beberapa term seperti al Khair (الخير), al Bir(البر), al Ma'ruf(المعروغ ), al
Hasanah
(الحسنة), dll. Beberapa terminologi tersebut memiliki proporsi dalam
penggunaan dan pemilihan kata dalam kalimat. Term al khair seperti dalam potongan hadis "خير الناس" berarti
sebaik-baik manusia merupakan kebaikan berskala umum yang meliputi keuntungan,
manfaat, kesejahteraan, kesehatan, keberkahan, kenikmatan dan kekayaan.





Al hasanah
yang tertuang dalam doa sapu jagat adalah kebaikan berupa keuntungan, jasa,
derma, shadaqah. Sementara kebaikan dalam term al bir berupa keikhlasan, sumbangan dan derma. Berikut al ma'ruf adalah lebih terkesan pada
metode yakni dengan cara baik, keramahan, kemurahan hati
dan pelayanan. Bentuk
pemaknaan leksikal di atas akan memberikan khazanah intelektual dalam memahami
dan menjabarkan kebaikan sesuai standarisasi moralitas agama dengan eksplorasi
llmiah terhadap manfaat "mappideceng".


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghadirkan (Ruh) al- Quran

Temu Ilmiah Regional, KSEI FENS IAIN Parepare Raih Penghargaan Ide Paper Terbaik