Menghadirkan (Ruh) al- Quran


Opini





Oleh Budiman, S.Ag., M.H.I. (Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Islam IAIN Parepare)





Alquran membumi setelah sebelumnya melangit bukan tanpa alasan. Ia 'turun' dengan sejumlah misi, dan misi utamanya adalah untuk menjadi hudan (panduan) bagi segenap manusia dalam hidup dan kehidupannya.





Selain itu, Alquran adalah Annur dan Nur (cahaya). Kedua terma ini menunjuk pada nama dan fungsi Alquran yang dapat bermakna "cahaya" yang menerangi bumi, langit, hati, bahkan semesta.





Agaknya tidak berlebihan apabila dinyatakan bahwa proses penyebarluasan cahaya di bumi melalui Alquran dimulai saat Baginda Nabi SAW hijrah dari Mekah ke Yatsrib.





Itu sebabnya ketika menetap di Yatsrib, Baginda Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah Munawwarah (kota/peradaban yg tercahayakan).





Dalam ungkapan lain, hijrah Baginda Nabi merupakan proses "transmisi cahaya" yang secara kasat mata akumulasi cahaya itu telah rampung tatkala berakhirnya pewahyuan dan dengan adanya upaya para sahabat untuk mengkodifikasi Alquran secara fisik yang sampai saat ini telah mengalami inovasi kreatif disesuaikan dengan kebutuhan umat.





Wujud tampilan fisik Alquran dari masa ke masa mengalami penyesuaian. Ia "ada" di setiap rumah muslim dan ini tentu menggembirakan. Namun, kabar buruknya, keberadaan Alquran belum sepenuhnya "hadir" di dalam hati sebagian umat.





Alquran menuntun manusia untuk menebarkan positive thingking di tengah-tengah kehidupan, yang mengemuka adalah justru sebaliknya.





Alquran memberi pencerahan bagi manusia untuk membiasakan kesantunan bertutur dan kesopanan berprilaku, yang terjadi malah sebaliknya.





Alquran mengenalkan rambu-rambu dalam berinterkasi antarsesama dengan mengedepankan sikap saling mengerti, memahami dan memaklumi (ta'aruf), yang tersaji sebaliknya.





Alquran mendorong manusia untuk menebar kedamaian di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan, yang terlihat di permukaan adalah pemandangan sebaliknya.





Bahkan hal-hal yang sifatnya sederhana pun bisa berubah seolah-olah rumit dan terkesan menyentuh wilayah keyakinan seringkali menjadi pemantik untuk dijadikan komoditi debat kusir yang ujung-ujungnya menafikan pihak lain.





Karenanya, selain "proyek peng-ADA-an" fisik kitab suci ini, juga tak kalah pentingnya adalah "proyek peng-HADIR-an" ruh atau spirit di balik upaya mengeja huruf-huruf Alquran itu agar ia fungsional sebagaimana misi awalnya.[]





Pasar Lakessi, Parepare
22 September 2019


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lontara’ Paseng Inspirasi Menuai Kebaikan

Temu Ilmiah Regional, KSEI FENS IAIN Parepare Raih Penghargaan Ide Paper Terbaik